Peluang Kerjasama Bisnis di Kalangan Menengah ke Bawah

‘No man is an island’ (tak ada manusia yang bisa hidup sendiri). Manusia adalah makhluk sosial yang perlu bekerja sama satu sama lainnya. Tidak terkecuali bidang bisnis. Sudah banyak kerjasama yang dilakukan para pebisnis. Misalnya, kerjasama antara Samsung dengan Emporio Armani dalam membuat handphone yang fashionable.

LG juga tak mau ketinggalan. Dengan menggaet Prada, LG berharap produknya akan dilirik oleh para konsumen yang senang dengan barang-barang yang sedap dipandang mata. Tapi bagaimanakah bentuk peluang kerjasama bisnis di kalangan menengah ke bawah di Indonesia?

Ponsel dan F1

Apa hubungan ponsel dan F1? Keduanya bermain di ranah kecanggihan teknologi. Apa yang dilakukan oleh Acer dan Ferrari dengan produk yang diberi nama Acer Liquid E Ferrari adalah sebuah bentuk kerjasama yang saling menguntungkan. Penggemar Ferrari yang tersebar di seluruh dunia tentunya akan senang memiliki ponsel merah menyala dengan lambang kuda jinggrak di casing ponselnya. Kedua perusahaan juga bisa bekerjasama menjual produk ini. Benar-benar sebuah kerjasama yang baik.

Pemodal dan Petani Peternak

Acer Liquid E Ferrari memang bagus, canggih, dan punya harga. Tapi hal seperti ini mungkin agak terlalu di awang-awang bagi sebagian masyarakat kelas menengah ke bawah di Indonesia. Peluang kerjasama yang masih mungkin dilakukan di level ini adalah pengembangbiakan kambing dan penggemukkan sapi dengan menggunakan sistem bagi hasil antara pemilik modal dan petani peternak.

Caranya adalah pemilik modal membeli sepasang kambing atau beberapa ekor kambing betina dengan seekor kambing jantan. Sistem bagi hasilnya adalah 40% untuk petani peternak dan 60% untuk pemilik modal. Kerjasama yang sangat sederhana ini hanya berdasarkan rasa saling percaya. Tapi kalau ingin lebih sedikit ‘modern dan profesional’ bisa dibuat surat perjanjian tercatat. Hal seperti ini akan lebih baik karena ada bukti kerjasama hitam di atas putih.

Bisnis penggemukan sapi juga menggunakan model kerjasama yang sama. Pemodal membeli seekor sapi atau beberapa ekor sapi muda. Lalu petani peternak merawat dan memberi makan sapi hingga layak dijual –biasanya 3 bulan. Hasil penjualan dibagi 40% untuk petani peternak dan 60% untuk pemodal. Kerjasama saling menguntungkan ini membuat pergerakan ekonomi desa cukup dinamis.

Pernyertaan Modal pada BMT

BMT merupakan sebuah bank berazazkan Islam tapi masih berbentuk seperti koperasi. Dengan semakin baiknya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah, semakin luaslah ruang gerak sebuah BMT. Tapi kendala yang dihadapi adalah kecukupan modal untuk melayani konsumennya.

Dalam hal ini biasanya BMT mempunyai sebuah program khusus. Misalnya, ada seorang pebisnis ayam petelur yang membutuhkan modal 10 juta. Lalu pihak bank mencarikan pemodal yang sanggup meminjamkan uangnya ke BMT dengan bagi hasil 55% untuk pemodal dan 45% untuk bank.

Cara ini dirasa aman bagi pemodal karena menggunakan mekanisme bank dalam menarik uangnya kembali. Pihak bank juga dapat lebih diuntungkan apabila si pemodal tidak menarik dananya setelah masa perjanjian berlaku. Pihak peminjam pun merasa lebih tenang dan akan semangat mengembalikan uang karena langsung berhubungan dengan pihak bank. Bila pemodal langsung meminjamkan uangnya ke pihak peminjam, mungkin ada rasa khawatir peminjam akan mengemplang hutangnya.


View the original article here

0 komentar:

Posting Komentar

 
© 2009 Bakso Mesra Ponorogo | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan