Budidaya Belut, Salah Satu Peluang Ekspor

belut termasuk kelompok ikan air tawar yang berbentuk mirip ular. Belut termasuk dalam suku synbranchidae. Belut berbeda dengan sidat. Belut dapat dikatakan tidak memiliki sirip, sedangkan sidat memiliki sirip yang cukup jelas. Ciri khas belut lain adalah tidak memiliki sisik (hanya sedikit), bernapas dari udara dengan bukaan insang yang sempit, tidak memiliki kantung renang dan tulang rusuk.

Di Indonesia, belut mulai dikenal dan digemari sejak 1979. Hingga saat ini, banyak yang melakukan budidaya belut karena memiliki prospek jelas dan menjadi komoditas ekspor. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan jika ingin melakukan budidaya belut.


Secara klimatologis, belut tidak membutuhkan kondisi iklim dam geografis yang spesifik. Tempat budidaya belut dapat dilakukan di kawasan dataran tinggi maupun kawasan dataran rendah. Untuk kelembapan dan curah hujan, tidak ada batasan yang spesifik. Jadi, dapat dikatakan dapat dilakukan di mana pun dan kapan pun.


Kualitas air yang dibutuhkan untuyk budidaya belut harus bersih dan tidak terlalu keruh. Selain itu, air tidak tercemar bahan-bahan kimia dan kondis dasar kolam tidak beracun. Suhu yang dibutuhkan untuk budidaya belut berkisar antara 25-31 derajat Celcius.


Pada prinsipnya, kondisi perairan harus bersih dan kaya akan oksigen, terutama untuk bibit yang masih kecil. Sementara itu, untuk perkembangan belut dewasa, kualitas air tidak perlu bersih karena belut dewasa dapat hidup di air keruh


Untuk melakukan budidaya belut, diperlukan banyak kolam penampungan. Hal ini bertujuan untuk menampung belut berdasarkan perkembangannya. Bentuk dan kolam penampungan pun harus disesuaikan dengan jenis perkembangan belut. Dasar kolam penampungan tidak perlu disemen, sementara pinggir kolam dapat disemen atau tidak, bergantung selera.


Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan budidaya belut adalah sumber air yang selalu ada, alat pengkapan belut, ember, dan lat-alat lain yang dibutuhkan. Untuk dasar kolam, dibutuhkan media yang terdiri atas bahan-bahan organik, seperti pupuk kandang, sekam padi, dan jerami padi. Bahan-bahan tersebut disusun di dasar kolam agar kolam menyerupai habitat asli belut, seperti sawah.


Bibit belut yang sudah siap untuk dipelihara secara insentif adalah belut yang berukuran 5-8cm. Bibit ini dipelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan, masing-masing tahapan selama 2 bulan. Untuk pemijahan belut, dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas dua ekor betina dan satu pejantan. Waktu pemijahan belut kira-kira selama 10 baru telur belut akan menetas.


Dari hasil pemijahan, anak-anak belut ditampung di kolam pendederan selama 1 bulan. Benih harus dilakukan secermat mungkin agar tidak banyak benih yang hilang. Dalam kolam pendederan, air harus bersih dan kalau bisa bair yang mengalir.


Pemupukan dilakukan dengan jerami yang lapuk. Hal ini dilakukan untuk membentuk pelumpuran yang subur. Selain itu, pupuk kandang diperlukan sebagai salah satu bahan organik yang dibutuhkan. Pemberian makanan tambahan berupa cacing atau ulat dapat dilakukan. Pemberian makanan tambahan ini dilakukan setiap 10 hari sekali.


Selain hal-hal yang telah dijelaskan di atas, kolam pun harus dijaga kebersihannya tetap dijaga. Hal itu dilakukan agar kolam tidak beracun dan tidak ada gangguan dari luar. Di samping itu semua, vaksinasi dibutuhkan untuk budi daya belut.


Hama belut berupa binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut, antar lain katak, burung, serangga, musang air, dan ikan gabus. Penyakit yang umum terjadi pada belut adala penyakit yang diakibatkan oleh virus, bakteri, jamur, dan protozoa.


Panen belut ada dua jenis, yaitu panen benih yang dijual untuk diternakkan dan panen yang siap untuk dikonsumsi.


Itulah beberapa cara budi daya belut. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat!


View the original article here

0 komentar:

Posting Komentar

 
© 2009 Bakso Mesra Ponorogo | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan